Suatu saat di sekolah Lupus.....Guru : “Selamat Siang, Anak-anak!”
Anak-anak : “Selamat Siang, Bu!”
Guru : “Ibu akan memberikan informasi tentang ulangan untuk hari senin depan....”
Anak-anak : “Huuuu......”
Guru : “Diam.....!”
Anak-anak : “..................!”
Guru : “Hari senin depan diadakan ulangan umum. Ulangan pertama yaitu Matematika dan Ulangan kedua yaitu Bahasa Indonesia. Informasi selanjutnya bisa kalian lihat di mading sekolah. Sebaiknya kalian belajar yang rajin supaya bisa naik kelas. Baik, itu saja yang dapat ibu informasikan.”
Setelah bel pulang berbunyi, Lupus dan teman-temannya pulang ke rumah masing-masing.
Hari senin besok Lupus mau ulangan umum dan sekarang ceritanya sudah hari minggu. Lupus janjian sama Pepno untuk belajar bersama di rumahnya. Waktu sedang belajar otak Lupus nyut-nyutan ketika nyoba ngapalin rumus dan satu pun nggak ada yang nempel....
Lupus : “Gimana nih, Pep?”
Pepno : “Saya juga gak bisa. Lebih-lebih rambut saya keriting, jadinya rumus-rumus yang saya hafal sebelumnya harus melewati rambut yang berlibet-libet ini. Pasti sampe otak udah gak utuh lagi rumusnya.”
Lupus : “Pala saya ampe panas....!”
Lupus : “Eh, kita ke sekolahan, yuk!”
Pepno : “Ke sekolah? Ngapain? Ulangannya kan besok!”
Lupus : “Kan nomor ulangan udah di bagiin dan udah di tempel di meja-meja. Jadi, udah ketauan kan kita bakal duduk di mana. Nah, di meja itu kita tulis rumus matematika. Mejanya kan udah bluwek, jadi kalo ditulisin rumus-rumus pasti pengawas gak bakal tau.”
Pepno : “Hmm.....! Boleh juga!”
Lupus : “Yuk kita ke sana!”
Pepno : “Tapi kalo ketauan gimana?”
Lupus : “Ketauan siapa? Sekarang kan hari minggu. Di sekolah mana ada orang!”
Pepno : “Iya ya!”
Lupus : “Eh, Pep! Kita ke sana kenapa nggak pinjam mobil bokap kamu aja?”
Pepno : “Siapa yang mau nyetir? Saya kan belum punya SIM.”
Lupus : “Saya udah.”
Pepno : “SIM apaan?”
Lupus : “Surat Izin Mengibul! He....he....he...!”
Sore itu mereka pergi ke sekolah dengan jalan kaki. Di sekolah suasananya sepi, maklum hari minggu dan besoknya ulangan umum. Jadi, jelas semua anak lagi pada ngotot belajar di rumah. Lupus dan Pepno berjalan di jalan setapak. Memandang dari kejauhan.
Pepno : “Bagaimana kita bisa masuk, Pus? Pintu gerbangnya kan pasti dikunci.”
Lupus : “Loncat aja!”
Pepno : “Loncat? Kan pagar betonnya tinggi dan dikasih kawat berduri.”
Lupus : “Kita cari yang agak bolong. Mudah-mudahan aja ada celah buat masuk.”
Sampai di sana....
Lupus : “Eh, pintu gerbangnya gak digembok! Dan gak ada penjaga sekolah!”
Pepno : “Iya......!”
Setelah mereka masuk, mereka langsung mencari kelasnya. Ternyata bangku Pepno tepat di belakang Lupus.
Pepno : “Pus, karena bangku kita deketan, gimana kalo kamu aja yang nulisin contekan. Saya jaga-jaga di pintu bisa aja penjaga sekolah lewat.”
Lupus : “Oke! Besok kamu saya kasih contekan kalo gak bisa.”
Beberapa meter dari situ, di rumah Penjaga Sekolah yang hanya ada dia dan seorang adiknya....
Adik : “Kak, ketannya di makan.”
P. Sekolah : “Apa? Ketan? Yang enggak-enggak aja! Pizza kek! Apa kek!”
Adik : “Pisang? Kayak monyet aja makan pisang!”
P. Sekolah : “Ah, norak! Ketannya beli, ya? Sisa kapan nih?”
Adik : “Ah, belum lama. Itu sisa minggu lalu.”
P. Sekolah : “APA? Pantesan rasanya udah rada tengik, kayak jangkrik.”
Saat ingin tidur....
Adik : “Ada apa, kak? Kok gelisah amat.”
P. Sekolah : “Kayak ada yang gak beres. Tapi apa ya? Seperti ada yang kelupaan....”
Adik : “Ayam udah di masukin? Aer bak udah diisi? Durian tetangga yang jatoh dihalaman belakang udah diumpetin...”
P. Sekolah : “Bukan! Bukan masalah rumah. Tapi di sekolah.”
Adik : “Semua kelas udah di pel? Meja-meja udah ditempelin nomor-nomor? Jendela udah ditutup? Pintu Gerbang.......”
P. Sekolah : “PINTU GERBANG!!! Ya ampun pintu gerbang belom \digembok. Kok bisa lupa, ya? Bisa gawat kalo ada maling \masuk!”
Lalu ia berlarian ke sekolah. Setelah sampai ia menggembok pintu gerbang. Lalu ia menarik nafas lega. Dan ia pun pulang.
Sementara di dalam Lupus dan Pepno baru saja menyelesaikan misi rahasianya. Mereka cepat-cepat keluar dari situ. Begitu mau keluar mereka terkejut bukan kepalang. PINTU GERBANGNYA TERKUNCI!!! Bagaimana bisa keluar. Apa mereka harus menginap semalam di gedung yang terkenal angker itu?
Lupus : “Ih...siapa yang ngunci sih?”
Sementara hari mulai gelap. Mereka bersender di pagar tembok.
Pepno : “Duh, kok nasib kita malang begini?”
Lupus : “Iya, kalo sampe besok keperangkap bisa gawat. Bisa kepergok sama anak-anak satu sekolah....”
Pepno : “Kamu sih, Pus!”
Lupus : “Lha, kok gue sih?”
Pepno : “Ya iyalah. Ini kan ide kamu...”
Lupus : “Yee....kenapa kamu mau?”
Tiba-tiba terdengar gemuruh petir dari kejauhan dan hujan mulai turun. Mereka berlindung di gedung sekolah. Mereka kedinginan, perut keroncongan.
Pepno : “Coba kalo saya di rumah, pasti udah bisa minum coklat hangat dan makan kue sebanyak-banyaknya.”
Dan pada saat yang sama, beberapa meter dari situ Penjaga Sekolah yang mau tidur tiba-tiba mengejutkan adiknya yang sedang belajar.......
P. Sekolah : “Astagfirullah....!”
Adik : “Ada apa lagi sih, kak?”
P. Sekolah : “Perasaan kakak kok gak enak, ya?”
Adik : “Ada-ada aja. Ini kan udah malam.”
P. Sekolah : “Tapi gak enak. Seperti ada sunting....!”
Adik : “Sunting...sunting...! Something kale....!”
P. Sekolah : “Lha, something apaan?”
Adik : “Ada sesuatu.”
P. Sekolah : “Iya, sama aja lah! Kalo kayak gini suka ada apa-apa di sekolah.”
Adik : “Udah tidur aja.”
Lalu penjaga sekolah tidur lagi, Lalu....
P. Sekolah : “Astagfirullah.......!”
Adik : “Aduuh, pelan-pelan kak! Jantungku mau copot nih.”
P. Sekolah : “Eh, sori deh. Tadi kan setelah kakak kembali ke sekolah nutup pintu, tapi sebelumnya ada kira-kira satu jam pintu itu terbuka. Nah, siapa tau ada maling masuk dan ngambil sesuatu.”
Adik : “Jangan berpikiran yang enggak enggak!”
P. Sekolah : “Kakak mau ke sekolah mau ngecek. Takut ada apa-apa.”
Adik : “Eh, kakak gak ganti baju?”
P. Sekolah : “Emang maunya pake baju apa? Nanti kalo pake baju warna ijo disangka cendol.”
Kemudian ia mengambil kunci gerbang, jas hujan, dan senter. Lalu berjalan menembus tirai hujan. Di sekolah, Lupus dan Pepno sedang meringkuk di pojok ruangan, ketika mendengar gerendel pintu di buka...
Lupus : “Pep, suara apa itu?”
Pepno : “Jangan-jangan......!”
Lupus & Pepno : “DRAKULA.......!”
Mendengar teriakan itu, Penjaga Sekolah menghampiri arah suara, kedua anak itu terkejut........
Lupus & Pepno : “WAAAAA........!”
P. Sekolah : “Lho, Lupus...Pepno! Ngapain kalian di sini?”
Lupus : “Eh, nggak oom! Eh, salah!”
P. Sekolah : “Oom...oom..! Emangnya saya kawin sama tante kamu apa?”
Lupus : “Eh, nggak! Kami abis ngejar layangan putus yang masuk ke halaman sekolah....”
P. Sekolah : “Ooo......!”
Malam itu mereka di antar Penjaga Sekolah pulang...
Besoknya ketika Lupus & Pepno sampai sekolah mereka melihat sebuh meja di angkut dari kelas mereka. Dan ternyata itu meja Lupus. Di situ juga ada Kepala Sekolah dan Guru mereka yang sedang berbincang-bincang...
Guru : “Bu, bagaimana kalu meja itu saja yang di tukar?”
Kep. Sek : “Apa alasannya, Bu?”
Guru : “Karena mejanya sudah reyot dan tidak layak di gunakan lagi.”
Kep. Sek : “Pak, tolong meja yang sebelah sana saja yang di tukar.”
Pengangkut : “Baik, Bu!”
Pepno : “Maaf Bu Kepala Sekolah, kenapa meja ini di gotong?”
Kep. Sek : “Karena meja yang reyot akan di ganti dengan yang baru. Kiriman meja baru saja datang.”
Lupus : “Jangan, Bu. Biar saja saya pakai meja yang reyot.”
Kep. Sek : “Tidak Bisa! Meja yang reyot akan mengganggu konsentrasi siswa yang mau ulangan umum! Mau naik kelas, tidak?”
Lupus : “Ya, mau bu! Tapi, justru meja yang baru bisa bikin saya kacau!”
Kep. Sek : “Tidak bisa, Nak Lupus!”
Lupus : “Jangan, Bu! Toloooonglah....! Nanti saja di gotongnya setelah ulangan umum.”
Lupus merengek-rengek sampai-sampai beberapa temannya memandang heran. Karena setelah kemarin terjebak, mereka sama sekali tidak belajar.
0 件のコメント :
コメントを投稿